Teori Kemiskinan
Istilah
kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi
kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Konsep tentang kemiskinan itu
sendiri menurut Suparlan (1995: xi) kemiskinan dapat didefinisikan sebagai
suatu standard tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan
materi pada sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan
umum yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah
ini secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral
dan rasa harga diri mereka yang tergolong orang miskin.
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (1993: 3) juga menjelaskan kemiskinan adalah
situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin,
melainkan karena tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ala dalam Setyawan (2001: 120) yang menyatakan
kemiskinan adalah adanya gap atau jurang antara nilai-nilai utama yang
diakumulasikan dengan pemenuhan kebutuhan akan nilai-nilai tersebut secara
layak. Ada lima ketidak beruntungan yang melingkari kehidupan orang atau
keluarga miskin menurut Chambers dalam Ala (1996: 18) yaitu:
1. Kemiskinan (poverty)
2. Fisik yang lemah (physical weakness)
3. Kerentanan (Vulnerability)
4. Keterisolasian (isolation)
5. Ketidak berdayaan (powerlessness)
Kelima hal diatas merupakan kondisi
yang ada pada masyarakat miskin di negara berkembang seperti Indonesia.
Penyebab kemiskinan itu sendiri bersifat dinamis, maka ia akan senantiasa
berkembang mengikuti dinamika kehidupan sosial manusia. Kemiskinan yang dihadapi
oleh setiap generasi manusia pasti berbeda. Semakin tinggi taraf kehidupan
suatu masyarakat, maka semakin kompleks pula permasalahan kemiskinan yang
mengelilingi mereka. Karena itu, pemaknaan kemiskinan
mengalami perubahan di setiap saat dan setiap tempat.
Sebab-sebab
kemiskinan itu sendiri menurut Sen dalam Ismawan (2003: 102) bahwa penyebab
kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat
keterbatasan dan ketertiadaan akses maka manusia mempunyai keterbatasan pilihan
untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa yang terpaksa saat ini
dilakukan bukan apa yang seharusnya dilakukan, akibatnya potensi manusia untuk
mengembangkan hidupnya manjadi terhambat. Itu semua bisa kita lihat bahwa
semakin banyak jumlah para pengamen jalanan yang diorganisir oleh pihak
tertentu yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu karena mereka juga tidak
punya pilihan lain untuk mendapatkan uang. Penyebab lain menurut Kuncoro (2000:
107) mencakup tiga aspek, yaitu :
1.
Secara mikro kemiskinan minimal karena
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi
pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam
jumlah terbatas dan kualitasnya rendah.
2.
Kemiskinan muncul akibat
perbedaan dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya yang rendah
berarti produktivitasnya rendah. Rendahnya kualitas sumber daya ini karena
rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi atau
karena keturunan.
3.
Kemiskinan muncuk akibat
perbedaan akses dalam modal.
Ketiga penyebab kemiskinan ini
bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle poverty). Adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan
rendahnya produktivitas sehingga mengakibatkan rendahnya pendapatan yang
diterima. Rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya tabungan dan
investasi yang berakibat pada keterbelakangan.
Macam & Jenis-Jenis Pengamen Jalanan /
Artis Penghibur Jalanan
Seperti kita tahu bahwa salah satu
rofesi yang paling favorit dijalankan oleh orang-orang yang tidak memiliki
pekerjaan tetap adalah menjadi pengamen baik secara sendiri-sendiri maupun
berkelompok. Mengamen tidak harus bernyanyi tetapi juga bisa hanya memainkan
alat musik atau hanya bertugas menarik uang receh dari pendengar
ngamenan.Pengamen ada di mana-mana mulai di perempatan jalan raya, di dalam bis
kota, di rumah makan, di ruko, di perumahan, di kampung, di pasar, dan lain
sebagainya. Penampilan pengamen pun macam-macam juga mulai dari tampilan yang biasa
saja sampai penampilan banci / bencong, anak punk, preman, pakaian muslim,
pakaian pengemis, pakaian seksi nan minim, dsb.
Pengamen terkadang sangat mengganggu
ketenangan kita akan tetapi mau bagaimana lagi. Jika mereka tidak mengamen
mereka mau makan apa dan daripada mereka melakukan kejahatan lebih baik
mengamen secara baik-baik walawpun mengganggu.
Berikut ini adalah macam-macam /
jenis-jenis pengamen :
1. Pengamen Baik
Pengamen yang baik adalah pengamen
profesional yang memiliki kemampuan musikalitas yang mampu menghibur sebagian
besar pendengarnya. Para pendengar pun merasa terhibur dengan ngamenan pengamen
yang baik sehingga mereka tidak sungkan untuk memberi uang receh maupun uang
besar untuk pengamen jenis ini. Pengamen ini pun sopan dan tidak memaksa dalam
meminta uang.
2. Pengamen Tidak Baik
Pengamen yang tidak baik yaitu
merupakan pengamen yang permainan musiknya tidak enak di dengar oleh para
pendengarnya namun pengamen ini umumnya sopan dan tidak memaksa para pendengar
untuk memberikan sejumlah uang. Tetapi ada juga yang menyindir atau mengeluh
langsung ke pendengarnya jika tidak mendapatkan uang seperti yang diharapkan.
3. Pengamen Pengemis
Pengamen ini tidak memiliki
musikalitas sama sekali dan permainan musik maupun vokal pun ngawur seenak udel
sendiri. Setelah mengamen mereka tetap menarik uang receh dari para
pendengarnya. Dibanding mengamen mereka lebih mirip pengemis karena hanya
bermodal dengakul dan nekat saja dalam mengamen serta hanya berbekal belas
kasihan orang lain dalam mencari uang.
4. Pengamen Pemalak / Penebar Teror
Pengamen yang satu ini adalah
pengamen yang lebih suka melakukan teror kepada para pendengarnya sehingga para
pendengar merasa lebih memberikan uang receh daripada mereka diapa-apakan oleh
pengamen tukang palak tersebut. Mereka tidak hanya menyanyi tetapi kadang hanya
membacakan puisi-puisi yang menebar teror dengan pembawaan yang meneror kepada
para pendengar. Pengamen jenis ini biasanya akan memaksa diberi uang dari tiap
pendengar dengan modal teror.
Pengamen ini layak dilaporkan ke
polisi dengan perbuatan tidak menyenangkan di
pengamen yang tidak hanya mengamen
tetapi juga melakukan tindakan kejahatan seperti sambil mencopet, sambil
nodong, menganiaya orang lain, melecehkan orang lain, dan lain sebagainya.
Kalau menemukan pengamen jenis ini jangan ragu untuk melaporkan mereka ke
polisi agar modus mereka tidak ditiru orang lain.
Pengamen Cilik / Anak-Anak
Pengamen jenis ini ada yang bagus
tetapi ada juga yang sangat tidak enak untuk didengar. Yang tidak enak didengar
inilah yang lebih condong mengemis dari pada mengamen. Akan tetapi
bagaimanapun juga mereka hanya anak-anak bocah cilik yang menjadi korban
situasi dari orang-orang jahat dan tidak kreatif di sekitarnya. Pengamen anak
ini ias dipaksa menjadi pengamen oleh orang tua, oleh preman, dsb namun juga
ada yang atas kemauan sendiri dengan berbagai motif. Sebaiknya “JANGAN
DIBERI UANG” agar tidak
ada anak-anak yang menjadi pengamen. Mereka seharusnya tidak berada di jalanan.
Pengamen Jalanan juga Target Operasi Street Crime
Para pengamen ini biasanya melakukan
kegiatanya dengan menyasar para pelanggan rumah-rumah makan maupun
warung-warung tenda di pinggiran jalan. ''Mereka mengamen tapi jangan
sampai menekan (memaksa) kepada pelanggan meski hanya seribu atau dua ribu
rupiah saja,'' jelasnya.
Keberadaan pengamen memang dinilai cukup meresahkan
masyarakat, pasalnya mereka bisa meminta uang pada orang (pelanggan) yang sama
hingga tiga sampai empat kali meski personilnya (pengamen) beda tetapi alat
musik yang mereka gunakan masih sama.
''Kadang kita sadari bahwa saat kita makan hingga satu
jam bisa saja 3-4 kali dengan gitar yang sama hanya personilnya beda. Ini yang
akan menjadi target kita,'' ujar Kombes Zulkarnain Adinegara. Aktifitas
para pengamen itu bisanya dilakukan pada malam hari sehingga terkadang lepas
dari jangkuan operasi kepolisian.
Pada gelaran operasi yang bertujuan
untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat itu dilaksanakan di seluruh
Indonesia. Operasi tersebut menargetkan tempat-tempat yang dianggap rawan
kejahatan seperti kawasan pusat-pusat perbelanjaan, tempat sepi, lampu merah,
dll.
No comments:
Post a Comment