Sunday, March 23, 2014

Akibat Serang Ukraina, Rusia Akui Ekonominya Alami Krisis



Sejak krisis Ukraina pecah, akhirnya untuk pertama kalinya pemerintah Rusia mengakui kalau perekonomian mereka sedang mengalami krisis. Deputi Menteri Perekonomian Rusia, Sergei Belyakov mengatakan Rusia telah kehilangan miliaran dolar AS dan uang investasi dalam beberapa pekan terakhir dan hal itu terjadi merupakan dampak dari konflik tersebut.

Selama berminggu-minggu, para pejabat Rusia mengakui konfrontasi antara Rusia dan Barat atas Ukraina bisa menyebabkan Rusia terkena sanksi ekonomi. Pelaku pasar di di Rusia mulai panik Rusia akan mendapatkan sanksi. Hal ini tercermin dari kondisi sistem keuangan, ekonomi, pasar dan perusahaan terbesar di Rusia saat ini.  Banyak ekonom memperkirakan Rusia akan memasuki masa resesi, dan sebagian besar lembaga keuangan sudah mulai memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi negara itu sebagai akibat dari konfrontasi dengan Barat.

Sebelum adanya krisis Ukraina, pemerintah Rusia memperkirakan ekonomi mereka akan berkembang sekitar 2 persen tahun ini. Sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan untuk menyerang Ukraina untuk melindungi suku Rusia di negara itu, para ekonom sudah memperingatkan bahwa Rusia bisa menerima efek buruk yang sangat besar.

Tercatat, indeks MICEX rubel telah kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari USD 66 miliar dan bank sentral telah menghabiskan dana cadangan lebih dari USD 16 miliar untuk mempertahankan nilai rubel. Pekan lalu, indeks MICEX turun 7,6 persen dan RTS mata uang dolar turun 8 persen.

Sanksi ekonomi dan keuangan Barat kemungkinan akan menambah ketidakpastian di Rusia dan kini saja negeri ini  sudah kehilangan modal investasi sebesar USD 50 miliar pada kuartal pertama, dibandingkan dengan USD 63 miliar yang terjadi sepanjang tahun 2013 .Mata uang Rubel turun 11 persen terhadap dolar AS tahun ini dan terus menembus level terendah sepanjang sejarah.
 
Bank sentral Rusia berjanji untuk menyediakan stabilitas keuangan setelah buntunya penyelesaian masalah dengan negara Barat atas Crimea. Salah satu yang dilakukan adalah secara tak terduga menaikkan suku bunga utama sebesar 150 basis poin untuk membendung pelarian modal. Bank Sentral yang memiliki simpanan emas dan cadangan devisa terbesar ketiga di dunia ini mengatakan mereka memiliki beberapa ruang untuk melakukan manuver. Tetapi jika ketegangan di Ukraina terus meningkat, bank dapat kehilangan cadangan devisa dengan begitu cepat.

Akibat dari krisi Ukraina

Harga minyak naik akibat ketegangan yang membara di Ukraina, tetapi keuntungan juga meroket oleh menguatnya dolar setelah Federal Reserve mengisyaratkan kenaikan suku bunga awal tahun depan.Kontrak utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman pengiriman April, naik 21 sen menjadi US$ 99,11 per barel.
Minyak mentah Brent North Sea untuk Mei naik 41 sen menjadi US$ 106,86 per barel, dari level penutupan Kamis lalu.

"Pasar minyak sedang didorong lebih tinggi oleh meningkatnya kekhawatiran gangguan pasokan minyak mentah menyusul perluasan sanksi AS terhadap Rusia," kata analis broker yang berbasis di London PVM.

Pedagang memantau peristiwa di Eropa Timur setelah Rusia menyerap semenanjung Crimea setelah referendum kontroversial yang diklaim ilegal oleh Barat.Presiden AS Barack Obama mengumumkan akan memperluas sanksi terhadap para pejabat Rusia dan beberapa menit kemudian Kremlin memukul balik dengan larangan perjalanan terhadap para pejabat dan anggota parlemen AS, termasuk para pemimpin dari kedua kamar Kongres.

Rusia menyediakan sekitar seperempat dari pasokan gas alam di Eropa, dengan porsi yang signifikan dari yang mengalir melalui pipa yang melintasi Ukraina.

Pedagang takut bahwa eskalasi krisis akan mengganggu persediaan tersebut.
Analis juga mencatat bahwa sanksi baru AS yang menargetkan miliarder Rusia Gennady Timchenko, co-founder dari Gunvor, perusahaan perdagangan komoditas independen terkemuka yang terlibat dalam pasar minyak dan energi.

"Gunvor adalah salah satu pedagang komoditas terbesar di dunia," kata CMC Markets Singapura dalam sebuah komentar pasar.

"Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan memiliki investasi di perusahaan itu dan memiliki link langsung pada aktivitas energi Timchenko itu," katanya.

Harga minyak New York telah merosot di bawah US$ 100 per barel pada Kamis lalu karena dolar menguat.
Dolar melonjak pada Rabu, setelah Janet Yellen mengatakan kenaikan suku bunga bisa datang "sekitar enam bulan" setelah program stimulus Fed berakhir.

Para ekonom menganggap itu berarti peningkatan biaya pinjaman pada semester pertama 2015, terhadap perkiraan sebelumnya kenaikan di bagian akhir tahun ini.
Dengan minyak mentah yang dihargakan dalam dolar, penguatan unit membuat komoditas lebih mahal, meredam permintaan dan harga.

Sumber :

No comments:

Post a Comment